Malai
merupakan bagian generatif pada tanaman padi. Malai adalah sekumpulan bunga
padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas. Bulir-bulir padi
terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbuh utama malai
adalah ruas buku yang terakhir pada batang.
Panjang
malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam.
Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: malai pendek kurang
dari 20 cm, malai sedang anatara 20-30 cm, malai panjang lebih dari 30 cm.
Jumlah cabang
pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah. Jumlah cabang terbanyak dapat
mencapai 30 buah cabang sedangkan terendah hanya 7 buah cabang.
Malai
adalah Bagian daun tanaman padi Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar
dari buku paling atas
Pembentukan Malai
dimuali pada fase vegetatif tahap 3 pemanjangan batang pembentukan malai
terjadi nyaris simultan pada varietas umur genjah (105 – 120 hari). Pada
varietas umur dalam (150 hari), terdapat yang disebut lagi periode vegetatif
dimana anakan maksimum terjadi. Hal ini diikuti oleh memanjangnya batang
(internode), dan akhirnya sampai ke tahap pembentukan malai.
Inisiasi primordia
malai pada ujung tunas tumbuh menandai mulainya fase reproduksi. Primordia
malai menjadi kasat mata pada sekitar 10 hari setelah inisiasi. Pada tahap ini, tiga
daun masih akan muncul sebelum malai pada akhirnya timbul ke permukaan.
Pada varietas genjah,
malai terlihat berupa kerucut b erbulu putih panjang 1,0 sampai 1,5 mm muncul
pada ruas buku utama, kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Dapat
terlihat dengan membelah batang. Saat malai terus berkembang bulir terlihat dan
dapat dibedakan
Malai muda meningkat
dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan
pelepah daun menggembung. Penggembungan daun bendera disebut bunting.
Tahap keluar malai
ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus
berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.
Pembungaan terjadi
sehari setelah keluarnya malai. Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua
spikelet pada malai mekar. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada
pembungaan, 3 sampai 5 daun masih aktif.
Pada fase pematangangan
tahp 7(gabah matang susu), Malai hijau
dan mulai merunduk.Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun
bendera dan daun dua daun di bawahnya tetap hijau. Pada tahp 8 ( gabah setengah
matang) Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan
lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan
(senescense) dari anakan dan daun dibagian dasar tanaman nampak semakin jelas.
Pertanaman kelihatan menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun
terakhir pada setiap anakan mulai mengering.
Teknik pemberian air
dipetak sawah beririgasi teknis, dengan cara pemberian air terputus-putus
bertujuan fase primordia tinggi genangan 7 sampai 10, tujuannya pada fase
primordia ini kelembaban suhu tanaman perlu dijaga agar proses pembentukan
bakal malai tidak terganggu.
Hama
dan penyakit yang menggangu pertumbuhan malai
1.
Penyakit Bercak Coklat Pada Daun Padi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Helmintosporium Oryzae , gejala penyakit
ini adalah adanya bercak coklat pada daun berbentuk oval yang tersebar merata
di permukaan daun dengan titik abu-abu atau putih. Selain gejala di atas gejala lainnya yaitu menyerang
pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji
berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji
kecambah busuk dan kecambah mati.
Pengendalian:
(1) membakar
sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandirim IR
48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif dan fase
pembentukan bulir;
2. Blast
Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai
dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai
dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat
dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian:
(1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul
Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase
vegetatif dan fase pembentukan bulir
3. Penyakit
fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda,
malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar
membusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah. Pengendalian: merenggangkan jarak
tanam, mencelupkan benih pada larutan merkuri.
4. Penyakit
noda/api palsu
Penyebab: jamur Ustilaginoidea virens. Gejala: malai dan buah padi dipenuhi
spora, dalam satu malai hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak
menimbulkan kerugian besar. Pengendalian:
memusnahkan malai yang sakit, menyemprotkan fungisida pada malai sakit.
5. Penyakit
tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng Nephotettix impicticeps.
Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna,
daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai
kecil dan tidak berisi. Pengendalian:
menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR
42.
6. Wereng
penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep).
Merusak
dengan cara mengisap cairan daun. Gejala: di tempat bekas hisapan akan tumbuh
cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman ada yang menjadi kerdil,
bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Malai yang dihasilkan
kecil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan
varitas tahan wereng seperti IR 36, 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan
lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar