Jumat, 01 Agustus 2014

Malai Padi

Malai merupakan bagian generatif pada tanaman padi. Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbuh utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang.
Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: malai pendek kurang dari 20 cm, malai sedang anatara 20-30 cm, malai panjang lebih dari 30 cm.
Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah. Jumlah cabang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang sedangkan terendah hanya 7 buah cabang.
Malai adalah Bagian daun tanaman padi Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas
Pembentukan Malai dimuali pada fase vegetatif tahap 3 pemanjangan batang pembentukan malai terjadi nyaris simultan pada varietas umur genjah (105 – 120 hari). Pada varietas umur dalam (150 hari), terdapat yang disebut lagi periode vegetatif dimana anakan maksimum terjadi. Hal ini diikuti oleh memanjangnya batang (internode), dan akhirnya sampai ke tahap pembentukan malai.
Inisiasi primordia malai pada ujung tunas tumbuh menandai mulainya fase reproduksi. Primordia malai menjadi kasat mata pada sekitar 10  hari setelah inisiasi. Pada tahap ini, tiga daun masih akan muncul sebelum malai pada akhirnya timbul ke permukaan.
Pada varietas genjah, malai terlihat berupa kerucut b erbulu putih panjang 1,0 sampai 1,5 mm muncul pada ruas buku utama, kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Dapat terlihat dengan membelah batang. Saat malai terus berkembang bulir terlihat dan dapat dibedakan
Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung. Penggembungan daun bendera disebut bunting.
Tahap keluar malai ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.
Pembungaan terjadi sehari setelah keluarnya malai. Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai mekar. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3 sampai 5 daun masih aktif.
Pada fase pematangangan tahp 7(gabah matang susu),  Malai hijau dan mulai merunduk.Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan daun dua daun di bawahnya tetap hijau. Pada tahp 8 ( gabah setengah matang) Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari anakan dan daun dibagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman kelihatan menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering.
Teknik pemberian air dipetak sawah beririgasi teknis, dengan cara pemberian air terputus-putus bertujuan fase primordia tinggi genangan 7 sampai 10, tujuannya pada fase primordia ini kelembaban suhu tanaman perlu dijaga agar proses pembentukan bakal malai tidak terganggu.
Hama dan penyakit yang menggangu pertumbuhan malai
1.      Penyakit Bercak Coklat Pada Daun Padi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Helmintosporium Oryzae , gejala penyakit ini adalah adanya bercak coklat pada daun berbentuk oval yang tersebar merata di permukaan daun dengan titik abu-abu atau putih. Selain gejala di atas gejala lainnya yaitu menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.
Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir;
2. Blast
  Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Serangan menyebabakn daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Proses pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandirim IR 48, IR 36, pemberian pupuk N di saaat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir
3. Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda, malai dan biji menjadi kecoklatan hingga coklat ulat, daun terkulai, akar membusuk, tanaman padi. Kerusakan yang diderita tidak terlalu parah. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih pada larutan merkuri.
4. Penyakit noda/api palsu
Penyebab: jamur Ustilaginoidea virens. Gejala: malai dan buah padi dipenuhi spora, dalam satu malai hanya beberap butir saja yang terserang. Penyakit tidak menimbulkan kerugian besar. Pengendalian: memusnahkan malai yang sakit, menyemprotkan fungisida pada malai sakit.
5. Penyakit tungro
Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42.
  6. Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis  dan N. impicticep).
Merusak dengan cara mengisap cairan daun. Gejala: di tempat bekas hisapan akan tumbuh cendawan jelaga, daun tanaman kering dan mati. Tanaman ada yang menjadi kerdil, bagian pucuk berwarna kuning hingga kuning kecoklatan. Malai yang dihasilkan kecil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, 48, IR 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar