Sawi (Brassica rapa) merupakan jenis
sayuran yang di-kenal dikalangan konsumen karena dapat berkhasiat untuk
kesehatan, selain me-miliki vitamin dan zat gizi, sawi juga dipercaya dapat
menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita batuk dan dapat pula
berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala (Nursanti ,2010). Secara umum dalam
wikipedia, sawi merupakan tanaman sekelommpok tumbuhan dari marga brassica yang
dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik secara
segar maupun diolah.
Spesies ini amat beragam penampilannya, sehingga
diperlukan pengelompokan di bawah spesies untuk memperjelas posisi setiap
macamnya.
Brassica rapa digolongkan menjadi beberapa “kelompok
budidaya” :
1.
Brassica
rapa kelompok chinensis (pakcoy)
2.
Brassica
rapa kelompok nipposinica
(Mizuna)
3.
Brassica
rapa kelompok nippo-oleifera
(Aburana)
4.
Brassica
rapa kelompok parachinensis (sawi hijau)
5.
Brassica
rapa kelompok pekisinensis (sawi
putih)
6.
Brassica
rapa kelompok rapa (turnip)
7.
Brassica
rapa kelompok ruvo (rapini)
8.
Brassica
rapa kelompok narinosa (tatsoi)
Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica
rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim,
atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok
pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah
menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah
sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok
alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena
daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng.
Tanaman ini bukan asli tanaman Indonesia, sawi
diduga berasal dari Tiongkok (Cina), tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500
tahun lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan (anonim, 2010). Ada
juga yang berpendapat berasal dari daerah Medeterania.
Botani Sawi
Kingdom: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Dicotyledonae
Ordo : Brassicales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa L.
Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix
primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris)
menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi
antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan
berdirinya batang tanaman .
Batang tanaman sawi pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir
tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun .
Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada
umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop
(Sunarjono, 2004).
Tanaman sawi umumnya mudah berbunga dan berbiji secara alami baik di
dataran tinggi maupun di dataran rendah. Stuktur bunga sawi tersusun dalam
tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang
banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat
helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan
satu buah putik yang berongga dua .
Syarat Tumbuh Tanaman
a.
Iklim
Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan
hidup tanaman karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Tanaman sawi hijau
tergolong tanaman yang tahan terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada
musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang
sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Akan
tetapi tanaman sawi yang tidak tahan terhadap air yang menggenang. (Cahyono,
2003)
Tanaman sawi pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman
ini selain tahan terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga
danmenghasilkan biji secara alami pada kondisi iklim tropis Indonesia (Haryanto
dkk, 2002).
Kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau
yang optimal berkisar antara 80%-90%. Kelembapan udara yang tinggi lebih dari
90 % berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Kelembapan yang tinggi
tidak sesuai dengan yang dikehendaki tanaman, menyebabkan mulut daun (stomata)
tertutup sehingga penyerapan gas karbondioksida (CO2) terganggu. Dengan
demikian kadar gas CO2 tidak dapat masuk kedalam daun, sehingga kadar gas CO2
yang diperlukan tanaman untuk fotosintesis tidak memadai. Akhirnya proses
fotosintsis tidak berjalan dengan baik sehingga semua proses pertumbuhan pada
tanaman menurun. (Cahyono, 2003).
Selain dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang
(sub-tropis) tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas (tropis). Kondisi
iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang
mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C serta penyinaran matahari
antara 10-13 jam per hari .
Suhu udara yang tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan tanaman
sawi hijau tidak dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna). Karena suhu
udara yang tinggi lebih dari batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat
menyebabkan proses fotosintasis tanaman tidak berjalan sempurna atau bahkan
terhenti sehingga produksi pati (karbohidrat) juga terhenti, sedangkan proses
pernapasan (respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil
fotosintsis lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada untuk
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan sempurna.
Dengan demikian pada suhu udara yang tinggi tanaman sawi hijau pertumbuhannya
tidak subur, tanaman kurus, dan produksinya rendah, serta kualitas daun juga
rendah (Cahyono, 2003).
b.
Tanah
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang subur, gembur
dan banyak mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata
aerasi dalam tanah berjalan dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang
optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto dkk, 2002)
Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara
didalam tanah, aktifitas kehidupan jasad renik tanah dan reaksi pupuk yang
diberikan kedalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam tanah secara langsung akan
mempengaruhi sifat kemasamannya, karena dapat menimbulkan reaksi masam, netral
ataupun basa, yang secara langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi
ketersediaan hara makro atau hara mikro. Ketersediaan unsur hara mikro lebih
tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH tanah ketersediaan hara mikro semakin
kecil .
Pada pH tanah yang rendah akan menyebabkan
terjadinya gangguan pada penyerapan hara oleh tanaman sehingga secara
menyeluruh tanaman akan terganggu pertumbuhannya. Di
samping itu, kondisi tanah yang masam (kurang dari 5,5), menyebabkan beberapa
unsur hara , seperti magnesium, boron (B), dan molbdenium (Mo), menjadi tidak
tersedia dan beberapa unsur hara, seperti besi (Fe), alumunium (Al), dan mangan
(Mn) dapat menjadi racun bagi tanaman. Sehingga dengan demikian bila sawi
ditanam dengan kondisi yang terlalu masam, tanaman akan menderita penyakit
klorosis dengan menunjukkan gejala daun berbintik-bintik kuning dan urat-urat
daun berwarna perunggu dan daun berukuran kecil dan bagian tepi daun berkerut
(Cahyono, 2003).
Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk
pertumbuhan yang paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah
andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan lahan secara
sempurna antara lain pengolahan tanah yang cukup .
Tekhnik budidaya
Cara
bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada
umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan,
penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta
pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari (Edi, 2009). Tanaman yang dapat ditumpangsarikan
antara lain : bawang daun,
wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara
langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan
dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.
a. Benih
Benih
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik
akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk
setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat,
kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih
coklat kehitaman
Benih
yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli
harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat
menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh.
kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan
dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya
tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan
penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain.
Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan,tempat
penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.
b.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah secara umum melakukan
penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan
untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar
untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan
yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari
bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah
ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian
pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk
kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan
agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila
daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran.
Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini
dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu
sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2
– 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah
kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).
c.
Pembibitan
Pembibitan
dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih
efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang
ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter.
Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua mingguv sebelum
di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di
tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan pembibitan
ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm,
lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh
setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
d. Penanaman
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan
panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak
antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih
dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak
tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang
baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8
x 6 – 10 cm.
e.
Pemeliharaan
Pemeliharaan
adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang
akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,
penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka
kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim
kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita
tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore
atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2
minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu
rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah
tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah
yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman
yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman
sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman.
Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu
dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan
tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat
juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat
disiramkan untuk 5 m bedengan.
Hama dan penyakit tanaman sawi
1.
Hama.
-
Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.)
-
Ulat tritip (Plutella maculipennis).
-
Siput (Agriolimas sp.).
-
Ulat Thepa javanica.
-
Cacing bulu (cut worm).
2. Penyakit
- Penyakit akar pekuk.
-
Bercak daun alternaria.
-
Busuk basah (soft root).
-
Penyakit embun tepung (downy mildew).
-
Penyakit rebah semai (dumping off).
-
Busuk daun.
-
busuk Rhizoctonia (bottom
Panen Dan Penanganan
Pasca Panen
Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara
panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari.
Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun.
Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan
dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau
tajam. Lakukan pemanenan pada pagi hari untuk pemasaran luar daerah dan sore
hari untuk pemasaran lokal.(Anonim,
2014 ) Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah
:
-
Pencucian dan pembuangan kotoran.
-
Sortasi.
-
Pengemasan.
-
Penympanan.
-
Pengolahan.
Kandungan
Gizi Sawi Hijau
Manfaat
sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita
batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan
pembersih darah, memperbaiki
fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan, bijinya
dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan. Sedangkan
kandungan yang terdapat pada sawi adalah kalori, protein, lemak, karbohidrat,
serat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.
Tabel Kandungan gizi setiap 100 g sawi
No Komposisi Jumlah
|
1 Kalori 22,00 k
|
2 Protein 2,30 g
|
3 Lemak 0,30 g
|
4 Karbohidrat 4,00 g
|
5 Serat 1,20 g
|
6 Kalsium (Ca) 220,50 mg
|
7 Fosfor (P) 38,40 mg
|
8 Besi (Fe) 2,90 mg
|
9 Vitamin A 969,00 SI
|
10 Vitamin B1 0,09 mg
|
11 Vitamin B2 0,10 mg
|
12 Vitamin B3 0,70 mg
|
13 Vitamin C 102,00 mg
|
Sumber:
Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979.
Kadar vitamin A
pada sawi sangat tinggi.Vitamin A berperan menjaga kornea mata agar selalu
sehat. Mata yang normal biasanya mengeluarkan mukus, yaitu cairan lemak
kental yang dikeluarkan sel epitel mukosa, sehingga membantu
mencegah
terjadinya infeksi.
Kandungan
vitamin E pada sawi dapat berfungsi sebagai antioksi dan utama di dalam sel.
Sawi termasuk dalam kategori sangat baik sebagai sumber vitamin E. Kebutuhan
rata-rata vitamin E mencapai 10-12 mg/hari. Kandungan vitamin E pada sawi
juga berperan baik untuk mencegah penuaan
Kandungan
vitamin K pada sawi sangat tinggi, yaitu mencapai 419,3 mkg.
Vitamin K sangat berguna untuk membantu proses pembekuan darah,
sehingga sering disebut sebagi vitamin koagulasi. Vitamin K mempunyai potensi dalam
mencegah penyakit-penyakit serius, seperti penyakit jantung dan stroke,
karena efeknya mengurangi pengerasan pembuluh darah oleh faktor timbunan plak
kalsium.
Kandungan kalsium yang tinggi pada sawi dapat
mengurangi hilangnya bobot tulang yang biasa terjadi pada usia lanjut.
Tekanan darah tinggi juga dapat disebabkan
oleh rendahnya kadar kalsium di dalam darah. Mineral lain yang cukup berarti pada sawi adalah magnesium. Kandungan magnesium pada sawi sangat berguna untuk mereduksi stres dan membantu membentuk pola tidur
yang baik
Komunitas Hidroponik Indonesia
BalasHapusJual Tanaman Hias Akuarium
Tanaman Hias Rumahan
Blog tanaman Hias Janda Bolong
Tips dan Trik Tanaman Hias