Senin, 26 Januari 2015

KURVA PERTUMBUHAN TANAMAN

BAB I
PENDAHULUAN
                          
1.1  Latar Belakang 
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman, baik yang merupakan faktor dalam maupun faktor luar. Untuk mendapatkan tanaman yang baik dan sesuai yang diharapkan maka sangat penting bagi kita terutama para petani untuk mengetahui dan memperhatikan fakor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.
Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva atau diagram pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S).
Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan. Sehubungan dengan itu maka kami melakukan percobaan mengenai kurva sigmoid untuk mengamati laju tumbuh daun sejak embrio dalam biji hingga daun mencapai ukuran tetap pada tanaman jagung (Zea mays).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk membuat kurva pertumbuhan tanaman (dalam hal ini daun) dengan membandingkan waktu tumbuh dalam hari.


BAB II
Landasan Teori
Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1992) tanaman jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom          : Plantae
Divisio              : Spermatophyta
Subdivisio         : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledoneae
Ordo                : Poales
Famili               : Poaceae
Genus               : Zea
Spesies              : Zea mays L.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (http://id.wikipedia.com, 2008).
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tambah pesat sehingga tanaman berbentuk roset batang beruas-ruas (http://id.wikipedia.com, 2008).
Daun berbentuk pita 35-1000 kali 3-12 cm. anak bulir berkelamin satu serumah yang jantan terkumpul pada ujung batang menjadi bulir yang rapat. Yang betina menjadi bulir yang soltair diketiak daun berbentuk tongkol (Steenis, 1978).
Bunga jantan terletak pada bagian ujung tanaman, sedangkan bunga betina sepanjang pertengahan batang jagung dan berada pada salah satu ketiak daun. Bunga jantan disebut staminate dan didalamnya terdapat benang sari (Ginting, 1995).
Biji jagung tersusun rapi pada tongkol, tongkol jumlahnya satu atau lebih pertanaman. Biji berkeping tunggal setiap tongkol. Terdiri dari beberapa barisan biji, jumlah biji berkisar abtara 200-400 butir (Nurmala, 1997).

Syarat Tumbuh
Iklim
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230o C-300o C (Agrokomplek, 2007).
Tanah
Jagung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan tekstur berpasir hingga liat berat. Tingkat keasaman (ph) tanah antara 5,5-7,5 dengan kedalaman air tanah 50-200 cm dari permukaan tanah (Barnito, 2009).
Kedalaman permukan perakaran mencapai 20-60 cm dari permukaan tanah. Pada tanah yang berat, perlu dibuat drainase karena tanaman jagung tidak tahan terhadap genangan air (Barnito, 2009).
Pertumbuhan dan Perkembangan
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik tersebut merupakan suatu kurva sigmoid berbentuk S. kurva sigmoid berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian atau sel-selnya (Ildahshiro, 2009).
Lingkungan abiotik yang berupoa air,tempratur, kelembaban, cahaya, dan unsur hara merupakan beberapa contoh unsur abiotik yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Adanya ketergantungan tanaman pada lingkungan biotik maupun abiotik beserta semua proses biokimia danb fisiologi tubuh tanaman menunjukkan adanya faktor pembatas dalam pengaturan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Tanindo, 2009).
       Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain adalah genetik, enzim, hormon yang terdiri dari hormon auksin, hormon gyberalin, hormon sitokinin, hormon etilen, asam traumalin dan faktor eksternal antara lain unsur hara, suhu, kelembaban, cahaya (Prestasi Herfen, 2009).
      Macam-macam pertumbuhan adalah pertumbuhan primer dan pertumbuhan skunder. Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang memanjang baik yang terjadi pada ujung akar maupun ujung batang. Pertumbuhan primer dapat diukur secara kuantitatif. Pertumbuhan primer pada ujung batang dapat dibedakan menjadi tiga daerah yaitu (1) daerah pembelahan sel (2) daerah perpanjangan sel (3) diferensiasi sel. Sedangkan pertumbuhan skunder adalah pertumbuhan yang dapat menambah diameter batang yang merupakan aktivitas sel-sel meristem skunder yanitu kambium dan kambium gabus (Aan, 2009).
Beberapa tanaman strukturnya determinate dan yang lain indeterminate. Determinate adalah struktur pertumbuhan untuk dapat mampu tumbuh dan berhenti. Daun, bunga, buah adalah contoh dari bentuk determinate sedangkan indeterminate adalah meristem yang terus berkembang (Salisbury dan Ross, 1985).
Pertumbuhan tumbuhan mula-mula lambat, berangsur-angsur menjadi lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum akhirnya laju tumbuh menurun. Apabil digambarkan dalam grafik dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dpat terjadio akibat variasi lingkungan (Tjitrosomo, 1990).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung terus-menerus sepanjang daur hidup, tergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon, serta lingkungan yang mendukung (Gardner, dkk, 1991).
Meristem merupakan wilayah pertumbuhan aktif. Sel apikal meristem hanya disitoplasma dan vacoula. Pertumbuhan memanjang mengambil tempat berkegiatan diapikal meristem. Disini sering terjadi pemanjangan diikuti pelebaran, maka ketebalannya akan bertambah (Mukherji dan Ghosh, 2002).
Pertumbuhan dan perkembangan meru­pakan dua istilah yang berbeda maknanya, tetapi sepintas lalu kita mengalami kesulitan untuk membedakannya. Kedua istilah tersebut merupakan peristiwa biologis yang terjadi pada makhluk hidup yang senantiasa berbarengan dan saling melengkapi. Dalam kenyataannya kedua istilah tersebut sulit untuk dipisahkan.
Kedua proses tersebut terjadi pada semua makhluk hidup. Namun, pola pertumbuhan dan perkembangan pada berbagai makhluk hidup berbeda. Banyak faktor yang mempengaruhi proses tersebut.
Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, 2002).
Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung (tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan kecambah mati (Salisbury dan Ross, 1996).
Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau massa. Yang paling umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan denagn cara mengukur perbesaran ke satu atau dua arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang) atau luas (misalnya, diameter batang), atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan cara pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Salisbury dan Ross, 1996).
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen (Tjitrosoepomo, 1999).
Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan kurva sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji tersebut yang otomatis juga dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat di dalam biji ketika terbentuk. Pencegah ini lambat laun dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik. Waktu dormansi berakhir umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Untuk tunas dan biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika 50 % atau lebih dari populasi biji tersebut telah berkecambah atau 50% dari tunas yang diuji telah menunjukkan pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan angiospermae di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah terkikis oleh air di dalam tanah. Dalam proses ini lebih banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk perkecambahan itu sendiri. (Kimball, 1992).
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurve yang sigmoid.  Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah, perubahan persediaan air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang (Kaufman, dkk., 1975).
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya. Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia tumbuh (Tjitrosoepomo, 1999).
Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1996).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dan waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan (Salisbury dan Ross, 1992).




BAB III
METODOLOGI

3.1 waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin pada pukul 14.30 -16.00 WIB.di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ni adalah sebagai berikut:
-          Benih Jagung
-          Polybag ukuran 5 kg
-          Tanah :top soil dan pupuk kandang
-          Alat ukur: penggaris/meteran
-          Kertas millimeter
3.3 cara kerja
Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Siapkan media tanam untuk setiap polybag berisi campuran tanah dan pupuk kandang 2:1 seberat 5 kg
2.      Buatlah lubang tanam di tengah-tengah polybag dengan kedalaman 2 cm dan buatlah 2 lubang untuk pupuk disebelah kiri dan kanan lubang tanam dengan jarak 5 cm dari lubang tanam.
3.      Masukkan benih jagung kedalam lubang tanam
4.      Setelah benih ditanam segera dilakukan pemupukan dan penyiraman hingga mencapai kapasitas lapang.penyiraman berikutnya dilakukan setiap 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
5.      Melakukan pengamatan:
o   catat waktu perkecambahan
o   ukurlah tinggi tanaman setiaap 1 minggu sekali
o   ukur panjang dan lebar 1 minggu sekali
o   ukur luas daun
o   amati jumlah daun satu minggu sekali
6.      buat grafik tumbuh meliputi nilai komulatif dan laju pertumbuhan
7.      bandingkan antara grafik tinggi tanaman,jumlah daun dan luas daun.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
MST
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun (helai)
Luas Daun (cm)
1
20 cm
4
1
2
30  cm
4
1,7
3
50 cm
5
3
4
75.1 cm
6
3,5
5
80 cm
7
5
6
100 cm
8
5,3
7
117,5 cm
8
5,4
8
125 cm
8
5,6
9
132 cm
9
6
10
135cm
9
6,2
11
147 cm
9
6,2
12
150 cm
10
6,25
                           










A.    KURVA TINGGI TANAMAN

B.     KURVA JUMLAH DAUN






C.    KURVA LEBAR DAUN
4.2 Pembahasan
            Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase logaritmik. Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung, pada 1 MST sampai 4 MST yaitu 43,77 cm dan pada rataan daun tanaman jagung. Fase ini menunjukkan adanya pertambahan ukuran atau jumlah seiring jalannya waktu. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1995) yaitu pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). ini berarti laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus laju berbanding lurus dengan ukuran organisme; semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh .
Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase linier. Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung, pada 5 MST sampai 8 MST yaitu   80 cm  menjadi 125 cm . Fase ini menunjukkan adanya pertumbuhan yang konstan. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996) yaitu pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama beberapa waktu lamanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, tanaman terdiri atas       (1) faktor eksternal (lingkungan) a. iklim = cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin dan gas (CO2, O2, N2, SO2, Nitrogen (N) Oksida, Fl, Cl, dan O3, b. edafik (tanah) = tekstur, struktur, bahan organic, kapasitas pertukaran katian (catio exchange capacity, CEC), pH, kejenuhan basa, dan ketersedian nutrient, c. biologi= gulma, serangga, organisme penyebab penyakit nematoda macam-macam tipe herbivor, dan mikro organisme tanah, seperti bakteri pemfiksasi N2 dan bakteri denitrifikasi, serta mikorhiza (asosiasi simbiotik antara jamur dengan akar tanaman). (2) faktor Internal : 1.ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis, 2. Laju fotosintetik, 3. Respirasi, 4. Pembagian hasil asimilasi dan N, 5. Klorofil, keroten dan kandungan pigmen lainny, 6. Tipe dan letak meristem, 7. Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, 8. Aktifitas enzim, 9. Pengaruh langsung gen (misalnya heterosis, epistasis), 10. Diferensiasi. Faktor-faktor yang ada dibawah pengendalian genetik yang menyumbang hasil panen sangatlah banyak, ini hanyalah sebagian daftar  (Salisbury dan Ross, 1995).
Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk tipe pertumbuhan determinate. Karena pertumbuhan tanaman akan berhenti setelah memasuki fase generatif. Hal ini sesuai dengan literatur  Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa pertumbuhan yang berhenti ketika memasuki massa generatif disebut pertumbuhan determinate, sedangkan pertumbuhan yang berlangsung selama tumbuhan  tersebut hidup disebut pertumbuhann indeterminate.
           


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase penuaan . Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung bahwa ada rataan tinggi dari 11 MST sampai 12 dan pada rataan daun tanaman jagung dari 11 MST sampai 12 MST yaitu 10 helai (tidak mengalami penambahan daun).
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, tanaman terdiri atas(1) faktor eksternal (lingkungan) a. iklim , b. edafik (tanah) , c. biologi.   (2) faktor Internal : 1.ketahanan terhadap tekanan iklim, 2. Laju fotosintetik, 3. Respirasi, 4. Pembagian hasil asimilasi dan N,5. Kandungan pigmen , 6. Tipe dan letak meristem, 7. Kapasitas menyimpan cadangan makanan, 8. Aktifitas enzim, 9. Pengaruh langsung gen.
3.      Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk tipe pertumbuhan determinate

5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan lebih memperhatikan lagi pada saat praktikum berlangsung, agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan kecil yang bisa mempengaruhi hasil yang diperoleh.


DAFTAR PUSTAKA

Petunjuk praktikum fisiologi tumbuhan fakultas pertanian universitas jambi.

http://Andialdimatoroputra.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-fisiologi-tumbuhan6236html??m=1

http://anurfadilah.blogspot.com/2014/02/kurva-pertumbuhan-sigmoidhtml??m=1        
Campbell. 2002.. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kaufman, P. B., dkk., 1975.  Laboratory Experiment in Plant Physiology. Macmillan Publishing Co., Inc.  New York.

Kimbal, 1992. Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan. USU-Digital Library. Medan.

Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat. ITB-Press. Bandung.


Tjitrosoepomo, G., 1999. Botani Umum 2. Angkasa. Bandung.

www.google.com diakses pada hari kamis tanggal 12 Juni 2014